Mantan Bos Honda Ungkap Duet Marquez-Stoner Hampir Terjadi
Livio Suppo merefleksikan kegagalan Honda untuk memasangkan Marc Marquez dengan Casey Stoner.
Honda berada di puncak dunia MotoGP di bawah kepemimpinan Suppo, memenangkan gelar pertama melalui Casey Stoner (2011) dan kemudian Marc Marquez (2013).
Memasangkan kedua pembalap sebagai rekan satu tim adalah impian Honda dan Suppo, namun sayang itu gagal terwujud dengan Stoner justru digantikan oleh Marquez.
“Tujuannya adalah membentuk tim impian dengan Marquez dan Stoner,” kata Suppo kepada Relevo. “Masing-masing berbeda, masing-masing punya karakternya sendiri.
“Tetapi ini sangat menarik karena mereka semua adalah pebalap yang selalu memberikan yang terbaik dan memiliki bakat yang menyenangkan.
“Ketika Anda menyukai sepeda motor, sungguh menyenangkan melihatnya di trek, itu memberi Anda banyak kepuasan.
"Tapi mereka sangat berbeda satu sama lain.”
Keputusan pensiun Stoner yang mengejutkan, pada usia 27 tahun, memupus harapan untuk membentuk 'tim impian' dengan Marquez.
Sebaliknya Marquez tiba bersama Dani Pedrosa dan memenangkan kejuaraan pada upaya pertama.
“Dengan ukuran dari fisik Pedrosa, bobotnya dan motor yang dia kendarai, apa yang dilakukannya sangat sulit,” puji Suppo.
“Itulah yang menunjukkan bahwa dia memiliki bakat yang luar biasa dan kepekaan khusus.”
Namun Pedrosa mengakhiri karirnya sebagai pebalap tersukses di MotoGP tanpa gelar.
“Saya pikir ini adalah masalah peluang,” kata Suppo. “Meski begitu, Dani memiliki karier olahraga yang luar biasa, dia memiliki jutaan penggemar di seluruh dunia karena semua orang memahami betapa sulitnya apa yang dia lakukan.
“Jadi menurut saya dia bisa sangat bangga dan sangat bahagia dengan karier yang dia jalani.”
Suppo juga merefleksikan: “Dari semua pembalap yang pernah bekerja dengan saya, pastinya yang paling dekat dengan saya adalah Nicky Hayden.
“Faktanya adalah setiap kali saya bekerja dengan para pebalap, saya berusaha untuk tidak menjadi teman karena saya yakin, jika Anda adalah bos sebuah tim, Anda harus tahu bagaimana memisahkan persahabatan dari profesionalisme.
“Tapi, nanti, misalnya, sekarang saya teman Capirossi, saya sering ngobrol dengan Pedrosa…”